وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنسَ إِلاَّلِيَعْبُدُونِ

وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنسَ إِلاَّلِيَعْبُدُونِ

Senin, 07 November 2011

Mendengar dan Taat


Kita telah banyak temui umat muslim di zaman ini mengaku cinta kepada Alloh dan RosulNya, tetapi ketika dikatakan kepada mereka tentang sesuatu larangan yang mereka lakukan “hal ini di larang karena Alloh berfirman.... dan Rosululloh bersabda....”  mereka akan menjawab, “tapi kata kiyai/ustadz/habib fulan itu tidak dilarang, dan bla bla bla..”. tidak sedikit justru penolakan tersebut berasal dari para orang-orang yang di anggap berilmu dinegeri ini. Kita ambil contoh tentang pengharaman Musik,

Allah Ta’ala berfirman:

z`ÏBur Ä¨$¨Z9$# `tB ÎŽtIô±tƒ uqôgs9 Ï]ƒÏysø9$# ¨@ÅÒãÏ9 `tã È@Î6y «!$# ÎŽötóÎ/ 5Où=Ïæ$ydxÏ­Gtƒur #·râèd 4 y7Í´¯»s9'ré& öNçlm; Ò>#xtã ×ûüÎgB ÇÏÈ  

“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna sehingga dia menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan.” (QS. Luqman: 6)

Abdullah bin Mas’ud berkata menafsirkan ‘perkataan yang tidak berguna’, “Dia -demi Allah- adalah nyanyian.” Dalam riwayat lain beliau berkata, “Itu adalah nyanyian, demin yang tidak ada sembahan yang berhak selain-Nya,” beliau mengulanginya sebanyak 3 kali.

Ini juga merupakan penafsiran dari Ibnu Abbas dan Jabir bin Abdillah dari kalangan sahabat. Dan dari kalangan tabi’in: Ikrimah, Said bin Jubair, Mujahid, Mak-hul, Al-Hasan Al-Bashri, dan selainnya. (Lihat selengkapnya dalam Tafsir Ibnu Katsir: 3/460)
Dari Abu Malik Al-Asy’ari radhiallahu anhu bahwa dia mendengar Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Kelak akan ada sekelompok kaum dari umatku yang akan menghalalkan zina, kain sutra (bagi lelaki), khamar, dan alat-alat musik.” (HR. Al-Bukhari no. 5590)
Kalimat ‘akan menghalalkan’ menunjukkan bahwa keempat hal ini asalnya adalah haram, lalu mereka menghalalkannya.

Lihat pembahasan lengkap mengenai keshahihan hadits ini serta sanggahan bagi mereka yang menyatakannya sebagai hadits yang lemah, di dalam kitab Fath Al-Bari: 10/52 karya Al-Hafizh dan kitab Tahrim Alat Ath-Tharb karya Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah.

Ketika kita sampaikan hal ini kepada saudara-saudara kita umat muslim yang gemar bermusik dan bernasyid, mereka akan menjawab, “inikan untuk dakwah, para wali aja berdakwah pake gamelan, dan kiyaiku/ustadzku/habibku bilang bla bla bla”. Allahul musta’aan

Simaklah perkataan Abdulloh bin Abbas Rodhiyallahu anhuma yang dikenal dengan julukan “Penerjernah al-Quran” dengan barokah do’a Rosululloh Shallallahu alaihi wa sallam.
Ya Alloh, pahamkan dia dalam agama dan ajarilah dia tafsir” [Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad 1/328 dan dishohihkan sanadnya oleh Syaikh Ahmad Syakir]

lbnu Mas’ud Rodhiyallahu anhu berkata : “Sebaik-baik penerjemah al-Qur’an adalah lbnu Abbas” [Diriwayatkan oleh lbnu Jarir dalam Muqoddimah Tafsir-nya dengan sanad yang shohih]

Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma berkata, “Hujan batu dari langit akan segera menimpa kalian. Aku katakan, ‘Rosululloh berkata demikian-demikian’, namun kalian mengatakan, ‘Abu Bakar dan Umar berkata demikian’.” Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma marah karena ada yang menentang perkataan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallamdengan perkataan Abu Bakar dan Umar rodhiyallohu ‘anhuma. Padahal Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallammenginformasikan bahwa mereka berdua termasuk penghuni surga, bahkan Abu Bakar dan Umar rodhiyallohu ‘anhuma adalah orang yang paling utama di antara umat ini dan orang yang pendapat-pendapatnya lebih mendekati kebenaran. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian mentaati Abu Bakar dan Umar, kalian akan mendapat petunjuk.” (HR Muslim). Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Kalian wajib mengikuti sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk setelahku, peganglah dan gigitlah sunnah itu dengan gigi geraham kalian.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, Ibnu Abi Hatim, shohih)

Saudaraku kaum muslimin rohimahumulloh, Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya tidaklah memerintahkan suatu perkara, kecuali perkara yang murni atau rajih maslahatnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya pun tidaklah melarang suatu perkara, kecuali perkara yang murni atau rajih mafsadatnya.

|#Ó|¤tãur br& (#qèdtõ3s? $\«øx© uqèdur ×Žöyz öNà6©9 ( #Ó|¤tãur br& (#q6Åsè? $\«øx© uqèdur @ŽŸ°öNä3©9 3 ª!$#ur ãNn=÷ètƒ óOçFRr&ur Ÿw šcqßJn=÷ès? ÇËÊÏÈ  

Boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqoroh:216)

Ketahuilah saudaraku seiman semoga Alloh memberikan serta meneguhkan hidayah kepada kita. Salah satu sifat orang beriman yang mencintai Alloh dan RosulNya adalah taat dan patuh terhadap perintah-perintahNya meskipun apa yang diperintahkan berat menurut hati kita.

Alloh berfirman di dalam kitab suciNya:

$yJ¯RÎ) tb%x. tAöqs% tûüÏZÏB÷sßJø9$# #sŒÎ) (#þqããߊ n<Î) «!$# ¾Ï&Î!qßuur u/ä3ósuÏ9 öNßgoY÷t/ br&(#qä9qà)tƒ $uZ÷èÏJy $uZ÷èsÛr&ur 4 y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd tbqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÎÊÈ  

“Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan Kami patuh". dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. An Nur (24) : 51)

Syaikh DR. Muhammad Sulaiman Abdulloh Al Asyqor di dalam kitabnyaZubdatul Tafsir Min Fathil Qodir, surat AnNur : 51 berkata : “Sepatanya kaum mukminin seperti ini, yaitu jika mereka mendengar seruan yang disebutkan di atas, mereka menyambutnya dengan ketaatan dan kepatuhan. Mereka mengatakan ‘kami mendengar perkataan Nabi dan kami mentaati perintahnya’. Walaupun hal itu dalam perkara yang tidak mereka sukai atau membahayakan mereka.”

Syaikh Abu bakar Jabir Al Jazairi, seorang pengajar di Masjid Nabawi, Madinah, berkata, “Yakni tidak ada perkataan yang di ucapkan oleh orang-orang yang beriman secara tulen sebenarnya,  jika mereka diseru kepada kitab Alloh dan RosulNya, agar Rosul mengadili diantara mereka, kecuali perkataan, ‘Kami mendengar dan kami patuh.’ Maka mereka menyambut seruan itu, dan tunduk kepada kebenaran.” (Aisarut Tafsir Li Kalamil ‘Aliyyil Kabir, surat An Nur:51)

Maka diantara sifat orang-orang yang beriman adalah tidak berpaling dan menolak seruan menuju Al Kitab dan As Sunnah. Tidak sebagaimana sifat orang-orang munafiq seperti yang di firmankan Alloh

#sŒÎ)ur (#þqããߊ n<Î) «!$# ¾Ï&Î!qßuur zNä3ósuŠÏ9 öNæhuZ÷t/ #sŒÎ) ×,ƒÌsù Nåk÷]ÏiB tbqàÊ̍÷èB ÇÍÑÈ  
Dan apabila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya, agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang.” (QS. An Nur (24): 48)

Orang-orang beriman tidak membantah naql (wahyu) dengan akal. Tidak sebagaimana Iblis yang menolak perintah Alloh untuk sujud kepada Adam dengan akalnya yang rusak!

tA$s% ß§ŠÎ=ö/Î*¯»tƒ $tB y7yèuZtB br& yàfó¡n@ $yJÏ9 àMø)n=yz £yuÎ/ ( |N÷Žy9õ3tGór& ÷Pr&|MZä. z`ÏB tû,Î!$yèø9$# ÇÐÎÈ   tA$s% O$tRr& ×Žöyz çm÷ZÏiB ( ÓÍ_tFø)n=yz `ÏB 9$¯R ¼çmtGø)n=yzur `ÏB&ûüÏÛ ÇÐÏÈ  

Allah berfirman: "Hai iblis, Apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) Termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?". iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan Dia Engkau ciptakan dari tanah". (QS. Shod (38) : 75-76)

Orang-orang yang beriman juga tidak menolak Syari’at dengan alasan adat, atau dengan alasan apa yang telah dilakukan orang tua mereka. Sebagaiman mayoritas umat nabi-nabi terdahulu yang menjadikan adat dan budaya nenek moyang untuk menolak agama Alloh ta’ala.

y7Ï9ºxx.ur !$tB $uZù=yör& `ÏB y7Î=ö7s% Îû 7ptƒös% `ÏiB @ƒÉ¯R žwÎ) tA$s% !$ydqèùuŽøIãB $¯RÎ) !$tRôy`ur$tRuä!$t/#uä #n?tã 7p¨Bé& $¯RÎ)ur #n?tã NÏd̍»rO#uä šcrßtFø)B ÇËÌÈ  
Dan Demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya Kami mendapati bapak- bapak Kami menganut suatu agama dan Sesungguhnya Kami adalah pengikut jejak-jejak mereka". (QS. Az Zukhruf (43) :23)

Orang-orang yang beriman tidak menolak wahyu Alloh Yang Maha Suci karena gengsi. Tidak seperti abu tholib yang lebih memilih mati kafir –karena gengsinya- daripada mendapatkan celaan jika masuk islam!

Dari Abu Huroiroh, dia berkata, Rosululloh bersabda kepada pamannya (Abu Tholib), “Katakanlah Laa ilaaha illa Alloh, aku akan bersaksi membelamu dengan kalimat itu pada hari kiamat.” Abu Tholib menjawab, “seandainya orang-orang Quroisy tidak akan mencelaku, yaitu mereka akan mengatakan, ‘sesungguhnya yang mendorongnya (abu tholib) terhadap hal itu (mengucapkan Laa ilaaha illa Alloh) adalah kecemasan (saat sakaratil maut)’, aku akan benar-benar menyenangkanmu dengan (mengucapkan) kalimat itu.” Maka Alloh menurunkan ayat

y7¨RÎ) Ÿw ÏöksE ô`tB |Mö6t7ômr& £`Å3»s9ur ©!$# Ïöku `tB âä!$t±o 4 uqèdur ãNn=÷ær& šúïÏtFôgßJø9$$Î/ÇÎÏÈ  

Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS. Al Qoshshosh (28): 56) (HR. Muslim no. 25)

Orang-orang yang beriman tidak pula menolak agama karena tahta sebagaimana fir’aun

ÉQöqs)»tƒ ãNä3s9 à7ù=ßJø9$# tPöquø9$# z`ƒÌÎg»sß Îû ÇÚöF{$# `yJsù $tRçŽÝÇZtƒ .`ÏB Ä¨ù't/ «!$# bÎ) $tRuä!%y` 4tA$s% ãböqtãöÏù !$tB öNä3ƒÍé& žwÎ) !$tB 3ur& !$tBur ö/ä3ƒÏ÷dr& žwÎ) Ÿ@Î6y ÏŠ$x©§9$# ÇËÒÈ  

“(Musa berkata): "Hai kaumku, untukmulah kerajaan pada hari ini dengan berkuasa di muka bumi. siapakah yang akan menolong kita dari azab Allah jika azab itu menimpa kita!" Fir'aun berkata: "Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik; dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar". (QS. Al Mu’min : 29)

Orang-orang yang beriman tidak menolak agama karena harta sebagaiman Qorun

* ¨bÎ) tbr㍻s% šc%Ÿ2 `ÏB ÏQöqs% 4ÓyqãB 4Óxöt7sù öNÎgøŠn=tæ ( çm»oY÷s?#uäur z`ÏB ÎqãZä3ø9$# !$tB ¨bÎ)¼çmptÏB$xÿtB é&þqãZtGs9 Ïpt6óÁãèø9$$Î/ Í<'ré& Ío§qà)ø9$# øŒÎ) tA$s% ¼çms9 ¼çmãBöqs% Ÿw ÷ytøÿs? ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =ÏtätûüÏm̍xÿø9$# ÇÐÏÈ   Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù š9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( Ÿwur š[Ys? y7t7ŠÅÁtR šÆÏB$u÷R9$# ( `Å¡ômr&ur !$yJŸ2 z`|¡ômr& ª!$# šøs9Î) ( Ÿwur Æ÷ö7s? yŠ$|¡xÿø9$# Îû ÇÚöF{$# ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw=Ïtä tûïÏÅ¡øÿßJø9$# ÇÐÐÈ   tA$s% !$yJ¯RÎ) ¼çmçFÏ?ré& 4n?tã AOù=Ïæ üÏZÏã 4 öNs9urr& öNn=÷ètƒ žcr& ©!$#ôs% y7n=÷dr& `ÏB ¾Ï&Î#ö7s% šÆÏB Èbrãà)ø9$# ô`tB uqèd x©r& çm÷ZÏB Zo§qè% çŽsYò2r&ur $Yè÷Hsd 4 Ÿwur ã@t«ó¡ç`tã ÞOÎgÎ/qçR茠šcqãB̍ôfßJø9$# ÇÐÑÈ  

Sesungguhnya Qarun adalah Termasuk kaum Musa, Maka ia Berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri". dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Qarun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku". dan Apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.” (QS. Al Qoshosh :76-78)

Orang-orang yang beriman tidak menolak agama karena kedudukan dan kehormatan seperti para pendeta ahlu kitab
Orang-orang yang beriman juga tidak menolak agama dengan dalil perasaan, seperti kebanyakan orang-orang sufi.

Bahkan mereka menjadikan Rosululloh sebagai hakim didalam segala masalah yang mereka perselisihkan, tidak merasa keberatan terhadap keputusan beliau, dan menerimanya dengan sepenuh hati. Alloh ta’ala berfirman

Ÿxsù y7În/uur Ÿw šcqãYÏB÷sム4Ó®Lym x8qßJÅj3ysム$yJŠÏù tyfx© óOßgoY÷t/ §NèO Ÿw (#rßÅgs þÎûöNÎhÅ¡àÿRr& %[`tym $£JÏiB |MøŠŸÒs% (#qßJÏk=|¡çur $VJŠÎ=ó¡n@ ÇÏÎÈ    

Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An Nisa (4) : 65)

Syaikh Abdurrohman As Sa’di berkata, “Alloh ta’ala bersumpah dengan diriNya yang Mulia, bahwa mereka (manusia) tidak beriman sehingga menjadikan Rosululloh sebagai hakim, dalam perkara yang diperselisihkan diantara mereka. Yaitu di dalam segala sesuatu yang terjadi perselisihan di dalamnya. Berbeda dengan perkara-perkara ijma’, karena perkara-perkara ini berdasarkan Alqur’an dan As sunnah (al hadits)

Kemudian tidaklah cukup menjadikan Nabi sebagai Hakim, sehingga hilang keberatan dan kesempitan dari hati mereka. Dan harus tidak ada sikap meremehkan didalam mereka menjadikan Nabi sebagai hakim.

Kemudian, tidaklah cukup menjadikan Nabi sebagai Hakim, sehingga menerima hukum beliau dengan sepenuhnya, dengan dada yang longgar, jiwa yang tentram, dan patuh lahir batin.
Maka menjadikan Nabi sebagai hakim adalah derajat islam. Sedangkan tidak adanya keberatan adalah derajat iman. Menerima sepenuhnya adalah derajat ihsan.

Barangsiapa tidak menjadikan Nabi sebagai hakim sebagaimana yang disebutkan, tidak menerima kewajiban itu, maka dia kafir. Barangsiapa yang tidak menjadikan Nabi sebagai hakim (di dalam segala perselisihan), namun dia menerima kewajiban itu, maka hukumnya sebagaimana orang-orang yang bermaksiat.” (Taisir Karimir Rohman, surat An Nisa’ : 65)

Syi’ar mereka adalah “Aku Ridho Alloh sebagai Robbku, Islam adalah agamaku, Muhammad sebagai rosulku.” Mereka tidak memilih yang selainnya.

$tBur tb%x. 9`ÏB÷sßJÏ9 Ÿwur >puZÏB÷sãB #sŒÎ) Ó|Ós% ª!$# ÿ¼ã&è!qßuur #·øBr& br& tbqä3tƒ ãNßgs9 äouŽzÏƒø:$#ô`ÏB öNÏd̍øBr& 3 `tBur ÄÈ÷ètƒ ©!$# ¼ã&s!qßuur ôs)sù ¨@|Ê Wx»n=|Ê $YZÎ7B ÇÌÏÈ  

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al Ahzab (33) :36)

Hendaklah setiap kita melihat dirinya masing-masing, sudahkah ada sifat orang beriman ini pada dirinya, sehingga layak kita meraih berbagai kebaikan yang telah Alloh janjikan bagi orang yang beriman.

Wa shallallahu’ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

Maroji:
Al Qur’an terjemahan
Tafsir ibnu katsir, pustaka Imam Syafi’i
“Adakah Musik Islami?”, karya Muslim Atsari, Pustaka at tibyan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar